Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial. Bahwa individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
Terapi ini dikembangkan berdasarkan 3 hal:
- Psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih
- Fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan
- Psikologi Gestalt
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa manusia mampu menangani sendiri masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama ahli terapi adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaan di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah dirinya sendiri untuk merasakan dan mengalami saat sekarang.
Klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Yang dimaksud dengan ‘di sini dan sekarang’ (Here and Now) adalah bahwa tidak ada yang ‘ada’ kecuali saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami sekarang sepenuhnya.
Banyak orang menghabiskan energi untuk meratapi kekeliruan dimasa lampau dan mengangankan kehidupan yang berbeda dimasa depan yang tak berkesudahan. Sementara bila mereka terpaku pada masa depan, mereka dapat mengalami ‘tahap yang menakutkan’ dari angan-angan atas berbagai hal buruk yang akan terjadi dan hal menakjubkan yang akan timbul.
Yang dimaksud dengan ‘urusan yang tak selesai’ adalah perasaan-perasaan yang tak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, rasa berdosa, rasa diabaikan dan lain-lain. Meskipun tidak diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan dan fantasi tertentu. Karena tidak diungkapkan dalam kesadaran, perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Terapi Gestalt difokuskan pada perasaan perasaan klien, kesadaran atas saat sekarang, pesan pesan tubuh, dan penghambat penghambat kesadaran, ajaran Perls adalah ”Kosongkan pikiran anda dan capailah kesadaran”
*Perls megemukakan bahwa situasi – situasi yang belum selesai itulah yang menjadi dorongan dalam diri manusia. Jika manusia mengalami ketidakseimbangan, maka ia akan terdorong untuk memperbaikinya. Gestalt – gestalt yang tidak sempurna akan disusun secara teratur berdasar tingkat kepentingan. Situasi yang sangat urgen menjadi pengontrol dan pengatur yang dominan terhadap pikiran, dan tingkah laku sampai situasi itu dipuaskan. Peraturan terhadap diri sendiri versus peraturan dari luar merupakan salah satu segi penting untuk menyelesaikan situasi yang belum paripurna.
Menurut Perls, orang – orang yang sehat adalah orang yang dapat mengatur dirinya sendiri, tanpa adanya campur tangan dari pihak luar seperti kebutuhan atau tuntutan orang lain maupun peraturan undang – undang.
Dengan demikian hanya kesadaran dirilah yang dapat menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan pribadi yang sehat. Perls percaya bahwa terlalu banyak orang yang diajarkan oleh orang tua dan kebudayaan untuk mengekang impuls -impulsnya sehingga mereka takut untuk mengungkapkannya. Padahal untuk mencapai kesadaran diri, orang harus mengenal dan menerima impuls – impuls dan hasrat – hasratnya sendiri. Impuls – impuls yang dikekang tersebut tidak begitu saja hilang melainkan dapat menjelma menjadi cara – cara lain (misalnya sifat agresif yang terhalang dapat menjelma berupa gerenyet urat syaraf) ataupun diproyeksikan kepada orang lain (misalnya menuduh orang lain yang agresif).
Tujuan Psikoterapi Gestalt
- Membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalaman hidupnya.
- Menantang atau merangsang klien agar menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia internalnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dalam mendefinisikan orang yang sehat secara psikologis, Perls tidak memberikan sifat – sifat dari orang yang sehat tersebut tetapi Perls memberikan beberapa pandangannya sebagai berikut :
- Orang disini dan kini, orang yang berkepribadian sehat akan menyadari bahwa satu – satunya kenyataan yang dimiliki adalah kenyataan saat ini, tidak terikat pada peristiwa masa lampau ataupun pandangan / khayalan masa depan.
- Orang yang sehat psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa. Mereka menerima kelemahan dan kekuatan serta potensinya sebagai manusia.
- Orang yang sehat dapat mengungkapkan impuls – impuls dan hasrat – hasrat mereka dengan terbuka dan sepenuhnya tanpa hambatan atau rasa bersalah. Mereka juga harus dapat mengungkapkan kebencian – kebencian mereka dengan terbuka.
- Orang yang berkepribadian sehat mampu memikul tanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri. Mereka tidak saling lempar tanggung jawab kepada orang lain atau sember luar lainnya.
- Orang yang sehat psikologis berhubungan dengan diri dan dunia. Mereka berhubungan dengan panca indera, perasaan dan apa yang berlangsung di sekitar mereka sesuai dengan kenyataannya.
- Orang yang sehat secara psikologis memiliki ciri – ciri yaitu batas – batas ego yang tidak mengkerut tapi fleksibel. Keterbukaan baik bagi batas ego luar (lingkungan) maupun batas ego dalam (diri). Mereka harus menerima semua segi dari kodrat mereka agar dapat menggunakan seluruh potensi mereka untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.
- Orang yang sehat psikologis tidak mengejar kebahagiaan dan menjadikannya tujuan, tetapi mereka harus dapat menjadi siapa dan apa pada saat sekarang.
Garis-garis besar terapi Gestalt
- Fase pertama : membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen emosional dan intuitif.
- Fase kedua : melaksanakan pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua hal yang harus dilakukan :
- Menimbulkan motivasi pada klien.
- Menciptakan rapport yaitu hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
- Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini, bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
- Fase terakhir : setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, maka terapi ada pada fase terakhir. Pada fase ini klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya.
Fungsi dan Peran Terapis
Sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembongkaran “hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiri”.
Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Satu fungsi yang penting adalah memberi perhatian kepada bahasa tubuh kliennya.
Hubungan Antara Terapis dan Klien
Terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya.
Teknik Terapi Gestalt
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya:
- kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak;
- kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh;
- kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
- kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung;
- kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Teori Belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning
Perbedaan Pengertian Teori Belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning
Sehubungan dengan adanya pertanyaan tentang perbedaan teori tersebut maka saya coba untuk menjelaskan secara singkat mudah mudahan bisa memberi penjelasan, tks
Classical conditioning
Teori ini dikenal juga sebagai teori belajar “learning by association’, bila suatu stimulus yang mengakibatkan munculnya respon emosional diulang berkali kali bersamaan dengan situlus yang lain yang tidak memberikan respon emosional, maka pada akhirnya stimulus yang kedua juga akan memberikan respon emosional yang sama dengan stimulus pertama.
Lebih jelasnya, kalau kita mendengarkan suara keras tiba tiba (unconditional stimulus, US) maka kita kaget (unconditional response, UR). Bila sesaat sebelum bunyi keras dilakukan tepuk tangan (conditional stimulus,CS) yang juga keras dan bunyinya bersamaan dengan bunyi suara keras. Dan Bila dilakukan gerakan tepuk tangan maka kita juga akan kaget karena mengira akan terjadi bunyi keras karena terbentuk asosiasi US -> CS.
Misalnya saat anjing mendengarkan bunyi bell melalui alat indera telinga maka alat indera pengecapan bereaksi mengeluarkan saliva (ludah), karena anjing ini berpikir dia akan mendapatkan makanan. Darimana anjing ini mengetahuinya adalah dari belajar berulang ulang, awalnya bel dibunyikan anjing diberi daging, kemudian diulang lagi sampai si anjing paham bahwa bunyi bell berarti ada makanan.
Contoh lainnya, waktu kecil saya menyukai paman saya, dia selalu membuat saya merasa bahagia. Paman saya memakai parfum lavender, bila saya mencium bau lavender saya merasa gembira seketika.
Pada teori ini ada efek anchor, yaitu bila satu indera bereaksi maka indera yang lain ikut juga terpicu, dan pengaitan ini bisa terjadi dari belajar yang dilakukan secara berulang (repetisi).
Aplikasinya: Kalau anda ingin membujuk seseorang melakukan sesuatu, lakukan saat orang itu melakukan sesuatu yang dia suka lalukan. Dan saat dia melakukan hal yang anda sukai, saat itu sentuh mereka disuatu titik atau membuat suara. Saat anda menyentuh tersebut atau mengeluarkan bunyi tersebut, maka dia akan berpikir untuk melakukan kembali hal tersebut (bunyi dan titik menjadi tombol pemicu).
Operant Conditioning
Adalah perilaku akan meningkat (dilakukan) bila diikuti oleh adanya penguatan (reinforcement) yang positive, begitu pula sebaliknya akan berkurang (tidak dilakukan) bila penguatannya bersifat negatif misalnya hukuman (punishment). Sehingga Operant Conditioning kita sebut juga ‘‘learning by consequences’, yaitu belajar dari konsekuensi tindakan.
Jadi : Kalau Classical Conditioning adalah asosiasi dua stimulus, dan Operant Conditioning adalah asosiasi stimulus (rangsangan) dan respon.
Keadaan yang menyenangkan disebut reinforcing stimuli or reinforcers, dan keadaan yang tidak menyenangkan disebut punishing stimuli or punishers.
Operant Conditioning juga dikenal dengan istilah Instrumental Conditioning.
Percobaan ini dilakukan Skinner; dia memakai tikus didalam kotak dan ada tuas bila tertindis maka akan mengelaurkan makanan. Dari ketidak sengajaan tikus menyentuh tuas maka keluar makanan, yang akhirnya dipelajari oleh tikus bahwa menyentuh tuas maka dia mendapat makanan.
Contoh lainnya kalau orangtua mengajar anaknya, dia kan menghukum bila anaknya melakukan perilaku buruk tetapi bila perilakunya baik maka dia tidak melakukan apa apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar