Minggu, 08 Mei 2011

PSIKOTERAPI DALAM INSTRUMEN PSIKOLOGI

Psikoterapi mempunyai pengertian terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mental dan emosi, yang dilakukan dengan instrumen psikologi. Tentu saja terapi yang diberikan mempunyai banyak variasi, dengan menginduk kepada teori psikologi tertentu. Ambil contoh untuk psikoterapi analitis, sejenis terapi yang diberikan yang merujuk kepada teori psikoanalisa. Dalam pandangan psikoanalisa, gangguan kepribadian atau mental terjadi karena setiap orang memiliki semacam mekanisme pertahanan diri. Salah satu mekanisme tersebut ialah represi, yakni membawa ke pikiran bawah sadar (unconsciousness) berbagai pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan dan traumatis. Inilah yang menyebabkan gangguan kepribadian. Seorang ahli psikoterapi, jika merujuk teori ini, akan berusaha mengangkat kembali ke alam sadar, trauma dan pengalaman yang direpresi ke bawah sadar. Terapi seperti ini dinamakan asosiasi bebas. Si pasien di buat relaks, terkadang dihipnotis, dan dibiarkan bicara segala hal yang ada di pikirannya. Dari ucapan-ucapannya tersebut, seorang terapis akan menentukan motif-motif bawah sadarnya
A. Psikoterapis behavioral
Sedangkan psikoterapis behavioral, di mana gangguan mental disebabkan kegagalan dalam merespon stimulus dari lingkungan sekitarnya. Terapi yang diberikan adalah dengan memberikan pengondisian ulang respon-respon pasien terhadap suatu stimulus, agar menjadi lebih efektif dan rasional. Ini dilakukan dengan memberikan penghargaan atas suatu respon tertentu, dan memberikan hukuman atas respon lainnya, sehingga si pasien diarahkan pada kondisi respon yang tepat
B. Psikoterapi dari aliran humanistik
Terapi yang lebih positif, yang berorientasi kepada klien (pasien) diberikan oleh psikoterapi dari aliran humanistik. Seorang terapis adalah orang yang membantu pasien agar lebih mengenali, memahami dan mengerti keadaannya sendiri. Klien dibiarkan mencari dan menggali problemnya, sedangkan fungsi seorang terapis hanya berupaya menciptakan suasana yang mendukung pasien dalam menjalankan penggalian masalahnya sendiri. Selain itu, ada juga psikoterapi gestalt, psikoterapi grup, psikoterapi realitas dll, yang dikembangkan para psikolog belakangan.
C. Psikoterapi  Transpersonal
Tentu saja pertanyaannya kemudian, psikoterapi apa yang disodorkan oleh para tokoh psikologi transpersonal dalam menerapi para pasien gangguan psikis. Landasan psikoterapi transpersonal adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan semesta. Dalam tataran praktisnya, proses gangguan mental, lebih diakibatkan faktor internal dalam dirinya yang tidak bisa menempatkan diri dalam bagian keseluruhan tersebut. Dalam beberapa metode, jenis terapi yang diberikan ada beberapa kesamaan dengan psikoterapi humanistik.
Konsep bahwa manusia menerapkan bagian yang tak terpisahkan dari semesta secara keselutuhan, sangat kuat dalam pandangan mistik Timur. Dalam agama hindu, kita mengenal konsep Hiranyagarbha, sebagai pikiran universal yang menjadi basis penciptaan dunia. Sehingga dengan mencoba
menghubungkan dan menjernihkan pikiran kita dalam pikiran Brahman, dengan sendirinya potensi spiritual kita akan tergali.
MENGEMBANGKAN MODEL PSIKOTERAPI TRANSPERSONAL
Menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari variasi psikologi yang luas dan sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi. Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini. Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis Barat. Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis. Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis, dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Rowan (1998, 2000) mengembangkan linking dan menggunakan meditasi, spiritual bibliotherapy, serta latihan kesadaran lainnya seperti holotropic breathwork, LSD, hipnosis, yoga, visualisasi, dan psikodrama. Berdasarkan pengalaman Penulis dalam mempraktekkan psikoterapi transpersonal, teknik-teknik kesadaran yang digunakan adalah terapi meditasi, terapi musik, visualisasi, letting go, dan spiritual bibliothetapy. Dengan menangani beragam kasus seperti diabetes melitus, obesitas, korban KDRT, psikosomatis, korban poligami, dan korban perselingkuhan; dapat dikembangkan model psikoterapi transpersonal.


TERAPI TRANSPERSONAL TEKANAN KECEMASAN PENDERITA HIV AIDS

Kasus kematian akibat AIDS masih tetap tinggi. Penggunaan terapi HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) dalam kenyataannya belum mampu menurunkan angka kesakitan karena HIV dan kematian akibat AIDS.
Penderita HIV dan AIDS sesungguhnya menghadapi situasi yang kompleks. Selain menghadapi penyakitnya sendiri, ia juga harus menghadapi diskriminasi dan stigma dari keluarga dan masyarakat.
“Situasi kompleks ini berdampak pada kondisi sakitnya. Terapi antiretroviral saja nampaknya belum cukup, sehingga diperlukan terapi komprehensif untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Terapi komprehesif dipilih, karena dari segi medikamentosa, nutrisi, dukungan sosial dan psikoterapi dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pasien HIV & AIDS,” ujar Nurlaila Effendy, S.Psi, M.Si, Jum'at (25/4) di Fakultas Psikologi UGM.
Direktur IMOGENA operasional Surabaya & Bali, menyampaikan hal itu, saat melaksanakan ujian terbuka program doktor Bidang Ilmu Psikologi. Promovenda mempertahankan desertasi “Pengaruh Psikoterapi Transpersonal Terhadap Kualitas Hidup Pasien HIV & AIDS” dengan promotor Prof. Johana E. Prawitasari, Ph.D dan ko-promotor Prof. Th. Dicky Hastjarjo, Ph.D.
Psikoterapi yang dipergunakan adalah psikoterapi Transpersonal dengan kombinasi visualisasi, meditasi dan pujian sesuai latar belakang kondisi pasien HIV & AIDS. Menurut Nurlaila, psikoterapi transpersonal melakukan integrasi raga (fisik & biologi), mental, jiwa, dan spirit melalui transformasi kesadaran, sehingga terjadi keharmonisan atau keselarasan.
“Daya tahan tubuh penderita HIV dan AIDS sangat rentan jika mengalami gangguan psikis atau mentalnya, sehingga perlu meningkatkan kualitas hidupnya. Kondisi ini sangat diperlukan terutama pasien HIV untuk mencegah progresivitas HIV ke AIDS maupun meningkatkan kualitas hidupnya sehingga dapat produktif dan berperan seperti layaknya orang sehat,” jelas perempuan kelahiran Semarang, 2 Februari 1966 ini.
Kata Nurlaila, sumbangan terbesar penggunaan psikoterapi transpersonal adalah terhadap kenaikan aktivitas fisik pada subjek stadium II & III. Bahwa secara medis terjadi perubahan perawatan, dan menjadikan mereka mandiri dalam melakukan aktivitas.
Perbaikan aktivitas fisik ini berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Mereka mampu melakukan aktivitas, dan secara finansial tidak bergantung kepada orang lain.
Secara efektif, psikoterapi transpersonal berhasil menurunkan kecemasan pada seluruh subjek penelitian. Bahwa mereka fokus pada keadaan sekarang dengan melakukan aktivitas produktif, dan tidak fokus lagi pada kematian akibat progresivitas penyakit maupun kekhawatiran masa depannya.
“Psikoterapi transpersonal efektif menurunkan stres seluruh subjek penelitian. Mereka dapat lebih baik menghadapi penyakitnya, diskriminasi maupun stigma dari keluarga dan masyarakat,” terangnya.
Terapi Transpersonal bermanfaat dilakukan diawal diagnosis HIV, setelah pasca konseling VCT. Untuk itu, katanya, berbagai materi transpersonal harus dikuasai, baik secara teoritis maupu praktis.
Bagi terapis yang berminat dapat mempelajari modul psikoterapi transpersonal, sehingga dapat membantu pasien HIV dan AIDS lebih banyak lagi,” tukas Nurlaila yang pernah mengajar di beberapa Perguruan Tinggi Swasta di jakarta dan Surabaya ini. (Humas UGM)
PERBEDAAN PSIKOTERAPI DALAM PSIKOLOGI MODEREN  DAN PSIKOTERAPI PSIKOLOGI TRANSPERSONAL
Dengan kata lain, jika dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback. Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini. Jenis terapi lainnya dengan tujuan yang sama, untuk relaksasi, ialah meditasi. Tentunya ada beberapa tingkatan meditasi, mulai dari hanya mengatur irama napas, sampai kepada meditasi tingkat tinggi yang membuka kesadaran-kesadaran di luar kondisi normal (altered states of consciousness).
Ada juga terapi medan energi, seperti chikung, chkara, aura, yang merupakan badan energi atau benda mental yang juga sekaligus menggambarkan kondisi kesehatan mental seseorang. Biofeedback dan meditasi adalah jenis-jenis psikoterapi yang sangat umum dipakai oleh para ahli psikologi transpersonal. Tapi ada kecenderungan belakangan ini, terapi yang dipakai sudah agak meluas. Misalnya di Anand Ashram, selain meditasi dan yoga, juga dibarengi dengan terapi menggunakan musik, terutama musik-musik religius, wangi-wangian (aromaterapi) dan visualisasi. Bahkan lebih jauh lagi, teknik-tenik yang biasa digunakan oleh para mistikus dari agama-agama lainnya, juga digunakan untuk terapi mental, seperti zikir, bacaan Kitab Suci, mantra, doa dll.

MACAM-MACAM GANGGUAN TIDUR

Tidur nyenyak, mimpi indah dan bangun dalam keadaan segar di pagi hari tentu sangat menyenangkan bagi semua orang. Tapi bagaimana bila tidur yang nyaman itu tidak dapat diraih ? Harus bagaimanakah bagi yang mengalami ?
Berikut ini adalah beberapa contoh gangguan tidur:
1. INSOMNIA
Penderita insomnia ini mengalami kesulitan memulai tidur di malam hari , mudah terbangun, tidak bisa tidur nyenyak (tidur dalam) dan biasanya terbangun 1 atau 2 jam sebelum saat bangun yang dikehendaki. Biasanya penderita juga menderita depresi dan penurunan kemampuan disiang hari karena kualitas tidur malam yang kurang.
2. NARKOLEPSI
Tidur itu hal yang menyenangkan, tapi kalau tertidur kapan saja dan dimana saja tentu akan menyusahkan bahkan memalukan. Penderita narkolepsi ini mengalami daytime sleep attack (serangan tidur disiang hari). Masalahnya serangan ini terjadi bisa dimana saja bahakan saat terjadi perbicangan penting sekalipun. Serangan ini bisa disertai kelemahan otot-otot tubuh, dan mimpi buruk.
3. SLEEP WALKING
Tidur nyenyak, mimpi indah dan bangun dalam keadaan segar di pagi hari tentu sangat menyenangkan bagi semua orang. Tapi bagaimana bila tidur yang nyaman itu tidak dapat diraih ? Harus bagaimanakah bagi yang mengalami ?
Berikut ini adalah beberapa contoh gangguan tidur:
1. INSOMNIA
Penderita insomnia ini mengalami kesulitan memulai tidur di malam hari , mudah terbangun, tidak bisa tidur nyenyak (tidur dalam) dan biasanya terbangun 1 atau 2 jam sebelum saat bangun yang dikehendaki. Biasanya penderita juga menderita depresi dan penurunan kemampuan disiang hari karena kualitas tidur malam yang kurang.
2. NARKOLEPSI
Tidur itu hal yang menyenangkan, tapi kalau tertidur kapan saja dan dimana saja tentu akan menyusahkan bahkan memalukan. Penderita narkolepsi ini mengalami daytime sleep attack (serangan tidur disiang hari). Masalahnya serangan ini terjadi bisa dimana saja bahakan saat terjadi perbicangan penting sekalipun. Serangan ini bisa disertai kelemahan otot-otot tubuh, dan mimpi buruk.
3. SLEEP WALKING
Bahayanya bila yang dibicarakan adalah hal-hal yang seharusnya rahasia, atau bila jalan sambil tidur hingga keluar ke jalan raya. Bisa dibayangkan bukan kelanjutannya ???
4. OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA/HYPOPNEA SYNDROME (OSASH)
Penderita obstructive sleep apnea ini mengalami sesak nafas atau mengorok, bahkan hingga henti nafas sesaat (apneu) selama dia tidur. Akibatnya tentu saja kualitas tidur terganggu akibatnya penderita menjadi mengantuk disiang hari dan kemampuan berkonsentrasinya menurun. Penderitanya mungkin kurang perduli dengan gangguan ini tetapi biasanya teman tidur seranjang lah yang merasa terganggu dengan adanya mengorok, batuk semalaman, nafas yang terengah-engah atau adanya henti nafas yang ditemukan oleh pasangan tidur penderita.
Salah satu indicator penyebabnya adalah karena kegemukan (BMI > 30 kg/m2) pada pria  dan lingkar leher lebih dari 40 cm pada pria dan wanita.
5. SLEEP TERRORS (NIGHT TERROR)
Biasanya dialami oleh anak-anak dan 90% memiliki riwayat keluarga yang mengalami night terror juga.
Anak yang mengalami night teror mendadak duduk saat tidur lelap, tampaknya seperti terbangun, dan kemudian berteriak keras. Episode berlangsung singkat (< 5 menit) disertai adanya adanya perningkatan denyut jantung, nafas dan berkeringat.Episode ini bisa berlangsung berulang dalam semalam, tanpa diingat kejadiannya oleh anak tersebut. Hal ini sangat mengganggu bagi orang tua anak dengan night terror, meskipun sang anak tidak merasakan apapun. Gangguan tidur ini dirancukan dengan nightmare (mimpi buruk) dimana setelah mengalami mimpi buruk ini penderita masih ingat dan bisa menceritakan kejadian mimpi yang dialami.


Terdapat 90 kelainan yang menyangkut gangguan tidur menurut klasifikasi internasional. Kelainan-kelainan tersebut digolongkan menjadi 4 kategori yaitu disomnia, parasomnia, gangguan tidur terkait masalah medis dan psikiatri, dan gangguan tidur yang tidak terklasifikasikan. Berikut ini kami tampilkan gangguan tidur yang banyak dikeluhkan.
1. Insomnia
Insomnia adalah kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur yang menyebabkan kualitas dan kuantitas tidur berkurang. Wanita 1,4 kali lebih sering terkena dibandingkan pria.
Berdasarkan lama terjadinya insomnia dapat dibagi menjadi transient insomnia, insomnia akut, dan insomnia kronis. Transient insomnia berlangsung kurang dari 1 minggu. Jika insomnia berlangsung lebih dari 1 bulan maka dinamakan insomnia kronik. Insomnia akut berlangsung diantaranya.
Berdasarkan penyebabnya insomnia dapat dibagi menjadi insomnia primer dan sekunder. Insomnia primer belum diketahui secara pasti patogenesisnya sedangkan insomnia sekunder dapat disebabkan stres psikososial, gangguan jiwa, penyakit kronis yang diderita serta minuman/suplemen atau obat-obatan yang digunakan.
2. Hipersomnia
Hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan pada saat seseorang seharusnya terjaga. Dapat disebabkan kualitas tidur yang buruk atau kuantitas tidur yang kurang. Juga dapat disebabkan oleh beberapa keadaan atau penyakit seperti hipotiroid berat (miksedema), hipoksia (kurang oksigen) dan hiperkapnea (kelebihan CO2). Kualitas tidur yang buruk dapat disebabkan oleh sleep apnea dan efek samping dari obat-obatan seperti antihistamin.
3. Sleep apnea (apnea tidur)
Sleep apnea adalah henti napas yang berlangsung saat tidur. Sleep apnea ditandai dengan adanya mendengkur yang keras bersifat sementara, singkat diikuti episode henti napas yang berlangsung lebih dari 10 detik sehingga penderita bisa mengalami hipoksia dan dapat terbangun berkali-kali oleh karena sleep apnea ini dapat terjadi berulang-ulang. Lebih sering terjadi saat berbaring terlentang oleh karena jalan napas tertutup jaringan lunak seperti pangkal lidah. Usia tua lebih sering mengalami oleh karena kekuatan otot jalan napas yang menurun. Juga dipicu obat-obatan yang menekan fungsi saraf pusat dan penggunaan alkohol.
Ada tiga bentuk sleep apnea yaitu : sindrom apnea tidur obstruktif (Obstructive Sleep Apnea), sindroma apnea tidur sentral dan sindrom hipoventilasi alveolar sentral.
4. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku aneh dan tidak lazim yang terjadi saat tidur. Parasomnia terjadi antara peralihan fase tidur atau peralihan antara tidur dan bangun.Pada usia muda dapat berupa somnambulism (sleep walking) dan sleep terrors. Pada usia tua dapat berupa mimpi buruk dan nocturnal leg cramps. Lainnya berupa sleep bruxism, nocturnal enuresis, sleep talking (menggigau), nocturnal confusion dan REM Sleep Behavior Disorder (RSBD).
Parasomnia sering dipicu oleh obat-obatan. Nocturnal leg cramps sering dipicu oleh kafein dan alkohol.
5. Gangguan pergerakan nocturnal (nocturnal movement disorder)
Ada 2 macam gangguan pergerakan nocturnal yaitu :
Restless Leg Syndrome (RLS)
RLS ditandai dorongan yang kuat untuk memindah-mindah kaki secara cepat ketika mau masuk tidur. Penderita sering mengeluh kaki terasa sakit sehingga terbangun dan berjalan untuk mengurangi rasa sakit. Hal ini membuat penderita kesulitan untuk tidur. Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor risiko antara lain : kekurangan vitamin terutama vitamin B, neuropati perifer (kaki diabetes atau uremik pada gagal ginjal), Parkinson, varises, radikulopati lumbosakral, hipoglikemi, hipotiroid, rematik dan asupan kafein yang berlebihan.
Periodic Limb Movement Disorder (PLMD) atau Mioklonus Nokturna
PLMD ditandai dengan gerakan kaki berulang, stereotipi dan durasi pendek. Gerakannya fleksi cepat dan periodik berlangsung 2-4 detik. Penyebabnya belum jelas. Beberapa faktor risiko antara lain usia lanjut, defisiensi besi dan genetic.


Apa itu sleep apnea?
Apnea adalah jeda nafas saat tidur. Apnea terjadi ketika saluran nafas Anda tertutup sehingga tidak ada udara yang mencapai paru-paru. Siklus sleep apnea dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Anda dapat tidur dengan tenang dan bernafas normal. Udara di saluran napas Anda mengalir dengan mudah ke paru-paru. Kemudian, Anda mulai mendengkur keras. Ini adalah tanda bahwa sebagian jalan napas Anda terblokir. Napas yang terblokir sebagian berarti udara kesulitan masuk ke paru-paru Anda. Berikutnya, saluran napas Anda tertutup sepenuhnya. Tidak ada udara yang mencapai paru-paru. Otak Anda memberitahu Anda untuk bernapas seperti biasa, tetapi Anda tidak dapat bernapas karena saluran napas Anda tertutup. Ini disebut apnea. Setelah jeda 10-30 detik atau lebih, otak Anda menyadari Anda belum bernapas, maka Anda pun akan terjaga tiba-tiba untuk mengambil napas. Anda mengambil napas  di udara dan mulai tidur lagi.
Siklus ini dapat terus berlangsung sepanjang malam: Anda bernapas tenang, Anda mendengkur, Anda memiliki jeda nafas, Anda terbangun megap-megap, dan Anda mulai bernapas lagi.  Banyak orang yang mengalami puluhan atau ratusan peristiwa sleep apnea dalam semalam. Ini berarti puluhan atau ratusan kali gangguan tidur. Anda tidak bisa mendapatkan tidur nyenyak yang Anda butuhkan agar sehat.
Penyebab
Berikut adalah beberapa penyebab terhalangnya sebagian atau seluruh saluran napas saat tidur:
  • Otot tenggorokan Anda terlalu santai (kendor) sehingga menutupi saluran napas Anda
  • Lidah atau jaringan lemak menutupi saluran napas Anda
  • Anda memiliki saluran napas sempit.
Gejala
Dua gejala utama sleep apnea adalah:
  • Anda sangat mengantuk sepanjang hari, tapi Anda tidak tahu kenapa.
  • Anda mendengkur dan berhenti bernapas sewaktu tidur.
Akibat sleep apnea
Penyakit tidur ini dapat menimbulkan masalah kesehatan, kecelakaan, dan kematian dini jika tidak segera diobati.
  • Seseorang yang menderita sleep apnea berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Gangguan pernapasan yang sering terjadi pada malam hari menciptakan kekurangan oksigen yang dapat merusak otak, jantung dan organ lainnya.
  • Karena tidak cukup tidur, tubuh seringkali membutuhkan karbohidrat ekstra. Penderita sleep apnea kemudian akan banyak makan sehingga cenderung lebih gemuk. Kegemukan adalah faktor risiko berbagai penyakit.
  • Penderita sleep apnea merasa mengantuk, selalu lelah, sakit kepala, sulit berkonsentrasi dan kehilangan memori di siang hari karena tubuh dan otak tidak cukup tidur. Hal ini dapat berisiko kecelakaan bila penderitanya mengoperasikan mesin atau kendaraan.
  • Penyakit ini dapat menyebabkan kematian mendadak karena jantung tiba-tiba berhenti.
Faktor risiko
Siapa pun bisa terkena sleep apnea. Risiko Anda lebih tinggi jika Anda memiliki kombinasi faktor-faktor risiko berikut:
  • Laki-laki.
  • Lebih tua dari 40 tahun.
  • Kegemukan
  • Memiliki: leher besar/tebal, lidah besar, amandel besar, dagu melipat ke dalam, tenggorokan kecil, atau keluarga beriwayat sleep apnea
Pengobatan
Sleep apnea tidak obatnya. Orang yang memiliki sleep apnea ringan dapat terbantu dengan menurunkan berat badan, perawatan gigi atau operasi amandel (jika penyebabnya adalah pembesaran amandel).
Perawatan yang paling efektif bagi penderita apnea parah (yang mengalami lebih dari 30 kali jeda napas per jam) adalah Continuous Positive Airway Pressure/CPAP. Ini adalah perangkat dengan masker hidung yang terhubung ke mesin generator aliran udara. Dari mesin generator, udara dipompa melalui hidung atau mulut untuk memastikan bahwa saluran napas selalu terbuka sepanjang malam. Tidur dengan CPAP memang tidak menyenangkan, namun itulah satu-satunya perawatan yang seringkali dapat menyelamatkan nyawa.
Bahayanya bila yang dibicarakan adalah hal-hal yang seharusnya rahasia, atau bila jalan sambil tidur hingga keluar ke jalan raya. Bisa dibayangkan bukan kelanjutannya ???

Bahasa Jawa nya “Sleep walking” adalah ngelindur (berbicara saat tidur) atau mbangkong ( berjalan-jalan saat sedang tidur), bahasa Indonesianya disebut juga mengigau. Penderita ini biasanya mengalaminya saat tidur malam hari yang terjadi pada saat sepertiga awal tidur. Penderita kebanyakan tidak akan ingat apa yang telah dikatakan atau telah dilakukan pada saat serangan mengigau.Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Jarang Diketahui OrangBanyak orang mendengkur, yang seringkali membuat orang-orang di dekatnya merasa terganggu. Tetapi apa yang para pendengkur dan orang-orang di sekitar mereka jarang mengetahui adalah bahwa banyak dari mereka menderita sleep apnea.Bahasa Jawa nya “Sleep walking” adalah ngelindur (berbicara saat tidur) atau mbangkong ( berjalan-jalan saat sedang tidur), bahasa Indonesianya disebut juga mengigau. Penderita ini biasanya mengalaminya saat tidur malam hari yang terjadi pada saat sepertiga awal tidur. Penderita kebanyakan tidak akan ingat apa yang telah dikatakan atau telah dilakukan pada saat serangan mengigau.

PSIKOTERAPI PENDEKATAN GESTALT

Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial. Bahwa individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan.
Terapi ini dikembangkan berdasarkan 3 hal:
  1. Psikoanalisis terutama yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih
  2. Fenomenolohi eksistensialisme Eropa dan
  3. Psikologi Gestalt
Asumsi dasar terapi Gestalt adalah bahwa manusia mampu menangani sendiri masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama ahli terapi adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaan di sini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah dirinya sendiri untuk merasakan dan mengalami saat sekarang.
Klien didorong untuk langsung mengalami perjuangan di sini dan sekarang terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Yang dimaksud dengan ‘di sini dan sekarang’ (Here and Now) adalah bahwa tidak ada yang ‘ada’ kecuali saat sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami sekarang sepenuhnya.
Banyak orang menghabiskan energi untuk meratapi kekeliruan dimasa lampau dan mengangankan kehidupan yang berbeda dimasa depan yang tak berkesudahan. Sementara bila mereka terpaku pada masa depan, mereka dapat mengalami ‘tahap yang menakutkan’ dari angan-angan atas berbagai hal buruk yang akan terjadi dan hal menakjubkan yang akan timbul.
Yang dimaksud dengan ‘urusan yang tak selesai’ adalah perasaan-perasaan yang tak terungkapkan seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, rasa berdosa, rasa diabaikan dan lain-lain. Meskipun tidak diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan dan fantasi tertentu. Karena tidak diungkapkan dalam kesadaran, perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Terapi Gestalt difokuskan pada perasaan perasaan klien, kesadaran atas saat sekarang, pesan pesan tubuh, dan penghambat penghambat kesadaran, ajaran Perls adalah ”Kosongkan pikiran anda dan capailah kesadaran”
*Perls megemukakan bahwa situasi – situasi yang belum selesai itulah yang menjadi dorongan dalam diri manusia. Jika manusia mengalami ketidakseimbangan, maka ia akan terdorong untuk memperbaikinya. Gestalt – gestalt yang tidak sempurna akan disusun secara teratur berdasar tingkat kepentingan. Situasi yang sangat urgen menjadi pengontrol dan pengatur yang dominan terhadap pikiran, dan tingkah laku sampai situasi itu dipuaskan. Peraturan terhadap diri sendiri versus peraturan dari luar merupakan salah satu segi penting untuk menyelesaikan situasi yang belum paripurna.
Menurut Perls, orang – orang yang sehat adalah orang yang dapat mengatur dirinya sendiri, tanpa adanya campur tangan dari pihak luar seperti kebutuhan atau tuntutan orang lain maupun peraturan undang – undang.
Dengan demikian hanya kesadaran dirilah yang dapat menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan pribadi yang sehat. Perls percaya bahwa terlalu banyak orang yang diajarkan oleh orang tua dan kebudayaan untuk mengekang impuls -impulsnya sehingga mereka takut untuk mengungkapkannya. Padahal untuk mencapai kesadaran diri, orang harus mengenal dan menerima impuls – impuls dan hasrat – hasratnya sendiri. Impuls – impuls yang dikekang tersebut tidak begitu saja hilang melainkan dapat menjelma menjadi cara – cara lain (misalnya sifat agresif yang terhalang dapat menjelma berupa gerenyet urat syaraf) ataupun diproyeksikan kepada orang lain (misalnya menuduh orang lain yang agresif).

Tujuan Psikoterapi Gestalt
  1. Membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalaman hidupnya.
  2. Menantang atau merangsang klien agar menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia internalnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.

Dalam mendefinisikan orang yang sehat secara psikologis, Perls tidak memberikan sifat – sifat dari orang yang sehat tersebut tetapi Perls memberikan beberapa pandangannya sebagai berikut :
  1. Orang disini dan kini, orang yang berkepribadian sehat akan menyadari bahwa satu – satunya kenyataan yang dimiliki adalah kenyataan saat ini, tidak terikat pada peristiwa masa lampau ataupun pandangan / khayalan masa depan.
  2. Orang yang sehat psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap diri mereka siapa dan apa. Mereka menerima kelemahan dan kekuatan serta potensinya sebagai manusia.
  3. Orang yang sehat dapat mengungkapkan impuls – impuls dan hasrat – hasrat mereka dengan terbuka dan sepenuhnya tanpa hambatan atau rasa bersalah. Mereka juga harus dapat mengungkapkan kebencian – kebencian mereka dengan terbuka.
  4. Orang yang berkepribadian sehat mampu memikul tanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri. Mereka tidak saling lempar tanggung jawab kepada orang lain atau sember luar lainnya.
  5. Orang yang sehat psikologis berhubungan dengan diri dan dunia. Mereka berhubungan dengan panca indera, perasaan dan apa yang berlangsung di sekitar mereka sesuai dengan kenyataannya. 
  6. Orang yang sehat secara psikologis memiliki ciri – ciri yaitu batas – batas ego yang tidak mengkerut tapi fleksibel. Keterbukaan baik bagi batas ego luar (lingkungan) maupun batas ego dalam (diri). Mereka harus menerima semua segi dari kodrat mereka agar dapat menggunakan seluruh potensi mereka untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.
  7. Orang yang sehat psikologis tidak mengejar kebahagiaan dan menjadikannya tujuan, tetapi mereka harus dapat menjadi siapa dan apa pada saat sekarang.
Garis-garis besar terapi Gestalt
  1. Fase pertama : membentuk pola pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen emosional dan intuitif.
  2. Fase kedua : melaksanakan pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien mengikuti prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua hal yang harus dilakukan :
    1. Menimbulkan motivasi pada klien.          
    2. Menciptakan rapport yaitu hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
    3. Fase ketiga : klien didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini, bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
    4. Fase terakhir : setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya, maka terapi ada pada fase terakhir. Pada fase ini klien harus memiliki ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya, perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya.

Fungsi dan Peran Terapis
Sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembongkaran “hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiri”.
Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Satu fungsi yang penting adalah memberi perhatian kepada bahasa tubuh kliennya.
Hubungan Antara Terapis dan Klien
Terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya.
Teknik Terapi Gestalt
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogan dua kecenderungan yang saling bertentangan, yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog, misalnya:
  1. kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak;
  2. kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa bodoh;
  3. kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak bodoh”
  4. kecenderungan otonom lawan kecenderungan tergantung;
  5. kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan lemah
Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi kosong”.
Latihan Saya Bertanggung Jawab
Merupakan teknik yang dimaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya dari pada memproyeksikan perasaannya itu kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian klien menambahkan dalam pernyataan itu dengan kalimat : “…dan saya bertanggung jawab atas hal itu”.
Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang, dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut Gestalt akan membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya.
Bermain Proyeksi
Proyeksi artinya memantulkan kepada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri dengan cara memantulkannya kepada orang lain.Sering terjadi, perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain merupakan atribut yang dimilikinya.
Dalam teknik bermain proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang berlebihan.
Tetap dengan Perasaan
Teknik dapat digunakan untuk klien yang menunjukkan perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan atau ia sangat ingin menghindarinya. Konselor mendorong klien untuk tetap bertahan dengan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari stimulus yang menakutkan dan menghindari perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini konselor tetap mendorong klien untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih dalam ke dalam tingklah laku dan perasaan yang ingin dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin dihindarinya itu.


















Teori Belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning
Perbedaan Pengertian Teori Belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning
Sehubungan dengan adanya pertanyaan tentang perbedaan teori tersebut maka saya coba untuk menjelaskan secara singkat mudah mudahan bisa memberi penjelasan, tks
Classical conditioning
Teori ini dikenal juga sebagai teori belajar “learning by association’, bila suatu stimulus yang mengakibatkan munculnya respon emosional diulang berkali kali bersamaan dengan situlus yang lain yang tidak memberikan respon emosional, maka pada akhirnya stimulus yang kedua juga akan memberikan respon emosional yang sama dengan stimulus pertama.
Lebih jelasnya, kalau kita mendengarkan suara keras tiba tiba (unconditional stimulus, US) maka kita kaget (unconditional response, UR).  Bila sesaat sebelum bunyi keras dilakukan tepuk tangan (conditional stimulus,CS) yang juga keras dan bunyinya bersamaan dengan bunyi suara keras.  Dan Bila dilakukan gerakan tepuk tangan maka kita juga akan kaget karena mengira akan terjadi bunyi keras karena terbentuk asosiasi US -> CS.
Misalnya saat anjing mendengarkan bunyi bell melalui alat indera telinga maka alat indera pengecapan bereaksi mengeluarkan saliva (ludah), karena anjing ini berpikir dia akan mendapatkan makanan. Darimana anjing ini mengetahuinya adalah dari belajar berulang ulang, awalnya bel dibunyikan anjing diberi daging, kemudian diulang lagi sampai si anjing paham bahwa bunyi bell berarti ada makanan. 
Contoh lainnya, waktu kecil saya menyukai paman saya, dia selalu membuat saya merasa bahagia.  Paman saya memakai parfum lavender, bila saya mencium bau lavender saya merasa gembira seketika.
Pada teori ini ada efek anchor, yaitu bila satu indera bereaksi maka indera yang lain ikut juga terpicu, dan pengaitan ini bisa terjadi dari belajar yang dilakukan secara berulang (repetisi).
Aplikasinya: Kalau anda ingin membujuk seseorang melakukan sesuatu, lakukan saat orang itu melakukan sesuatu yang dia suka lalukan. Dan saat dia melakukan hal yang anda sukai, saat itu sentuh mereka disuatu titik atau membuat suara.  Saat anda menyentuh tersebut atau mengeluarkan bunyi tersebut, maka dia akan berpikir untuk melakukan kembali hal tersebut (bunyi dan titik menjadi tombol pemicu).
Operant Conditioning
Adalah perilaku akan meningkat (dilakukan) bila diikuti oleh adanya penguatan (reinforcement) yang positive, begitu pula sebaliknya akan berkurang (tidak dilakukan) bila penguatannya bersifat negatif misalnya hukuman (punishment). Sehingga Operant Conditioning kita sebut juga  ‘‘learning by consequences’, yaitu belajar dari konsekuensi tindakan.
Jadi :  Kalau Classical Conditioning adalah asosiasi dua stimulus, dan Operant Conditioning adalah asosiasi stimulus (rangsangan) dan respon.
Keadaan yang menyenangkan disebut reinforcing stimuli or reinforcers, dan keadaan yang tidak menyenangkan  disebut  punishing stimuli or punishers.
Operant Conditioning juga dikenal dengan istilah Instrumental Conditioning.
Percobaan ini dilakukan Skinner;  dia memakai tikus didalam kotak dan ada tuas bila tertindis maka akan mengelaurkan makanan.  Dari ketidak sengajaan tikus menyentuh tuas maka keluar makanan, yang akhirnya dipelajari oleh tikus bahwa menyentuh tuas maka dia mendapat makanan.
Contoh lainnya kalau orangtua mengajar anaknya, dia kan menghukum bila anaknya melakukan perilaku buruk tetapi bila perilakunya baik maka dia tidak melakukan apa apa.




PSIKOTERAPI TERAPI PERILAKU (BEHAVIOUR THERAPY)

Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias, dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.  

SEJARAH PERKEMBANGAN TERAPI PERILAKU
Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal.  Pada tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan  memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga sebagai Stimulus dan Respon.

Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans Eysenck.
Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.
Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed instruction.

Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.

Tujuan:

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang layak, namun belum dipelajari;
  • Meningkatkan perilaku, atau
  • Menurunkan perilaku
  • Meningkatkan perilaku:
  • Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku
  • Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi
  • Mengurangi perilaku:
  • Punishment: memberi stimulus aversi
  • Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer
  • Extinction: menahan reinforcer

Teori dasar Metode Terapi Perilaku
  • Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
  • Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
  • Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien. .

Bentuk bentuk terapi Perilaku
1.  Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.
Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.
Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek, seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.
 Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.

2.  Exposure and Response Prevention (ERP),  untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian.
Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.  Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran.  Coping strategy ini dipakai untuk mengontrol situasi, diri sendiri dan yang lainnya untuk mencegah timbulnya kecemasan.

3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan melalui penguatan positif dan negatif.
Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan pada sebab).
Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.
4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka.  Misalnya ketakutan pada laba laba (arachnophobia ),  pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi. 
Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.

Tehnik Terapi: 
  1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala
  2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.
  3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai celaan atau judgement oleh terapis.
  4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan
  5. Ulangi lagi prosedur di atas sampai kecemasan tidak lagi muncul dalam diri klien.
5. Latihan relaksasi 
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.
Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.
Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.

6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.
  • Attention to the model.
  • Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)
  • Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
  • Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).
  • reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour
7.Latihan Asertif 
Tehnik latihan asertif membantu klien yang:
  1. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau perasaan tersinggung.
  2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya,
  3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.
  4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Prosedur:  
Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.
Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.
Cara Terapinya:
Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.
8. Terapi Aversi
Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat/hilang.
Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.
Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.

Efek-efek samping:
  • Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.
  • Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum, maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,
  • Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah, semua guru, dan barangkali bahkan membenci belajar pada umumnya,
9. Pengondisian operan
Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat. Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain, dsb.
Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku, merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.
  • Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder, diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.
  • Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu. Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif, dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu. Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.
  • Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian perkuatan yang terus-menerus. Dalam menerapkan pemberian perkuatan pada pengubahan tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul. Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar. Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.
  • Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian, karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.
  • Modeling, metodenya dengan mengamati seorang  kemudian mencontohkan tingkah laku sang model.  Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.
  • Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja dibayar untuk hasil pekerjaan mereka.
Hasil Terapi Perilaku
Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru. Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “ teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi perilaku.
Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan kekuatan psikologis pasien harus dilakukan sebelum menerapkan pendekatan terapi perilaku.
  Reference:
  • Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi,  Refika Aditama, 2009, Bandung
  • Michel Hersen, Encyclopedia of Psychotherapy, Pacific University, Forest Grove, Oregon. AP.
  • Windy Dryden, Developments  in  Psychotherapy, SAGE Publications Ltd, 2006, London.
  • John and Rita Sommers,  Counseling and Psychotherapy theories in context and practice, John Wiley & Sons, Inc, 2004, New Jersey.
  • Dan Berbagai sumber di internet.